Semangat Literasi Digital Mempertemukan Saya dengan Relawan TIK

Semangat Literasi Digital Mempertemukan Saya dengan Relawan TIK
Semangat Literasi Digital Mempertemukan Saya dengan Relawan TIK

Oleh : Adi Guna Darmadi, Anggota Relawan TIK Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung, Partisipasi Lomba Karya Kreasi Digital 11 Tahun Relawan TIK Indonesia

Penulisan Karya Tulis Esai ini saya lakukan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan-kegiatan #MerayakanKebanggan atas Sebelas (11) tahun berdirinya atau hadirnya Relawan TIK yang turut membersamai perjalanan bangsa Indonesia dalam meliterasi seluruh lapisan masyarakat akan pentingnya melek teknologi komunikasi dan informasi, dan juga pentingnya kecakapan tentang dunia digital di era milinel ini. “Literasi Digital”, inilah yang membuat Organisasi yang saya kenal dengan nama RTIK Indonesia ini terus bersemangat, karena menginginkan masyarakat Indonesia seluruhnya bisa mempunyai skill dan pengetahuan yang mumpuni di dalam Dunia yang serba digital ini.

Bacaan Lainnya

Kebijakan publik yang menggema di media saat ini adalah bumingnya istilah Revolusi Industri 4.0 yang dimana sudah dijelaskan diawal bahwa secara teoristis kebijakan tersebut mengajak kepada masyarakat luas untuk mampu bersaing dan bersinergi dalam ajang dunia yang mengglobal. Hal ini sangat dimiliki oleh Relawan TIK yang memang juga menjadi semangat saya akhirnya memutuskan untuk menjadi bagian Relawan TIK Indonesia.

Nama saya Adi Guna Darmadi, saya berasal dari Kabupaten Belitung Timur dan domisilnya berada di Kota Manggar. Saya adalah salah satu dampak yang sedang mengenyam proses dunia yang globalisasi ini. Saat ini saya sudah menyandang gelar Sarjana lulusan sepuluh tahun yang lalu Fakultas Ilmu Komputer di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Sudah lama posisi ini menjadikan saya dilema. Paradigma kehidupan yang menuntut dengan segala ancamannya. Melihat masyarakat yang sudah bisa memakai teknologi dalam genggaman yang dinamakan Gadget dan Smartphone, pun juga melihat Remaja atau siswa sekolah dan anak sendiri beserta teman-temannya sangat lihai dalam menggunakannya. Namun, kekhawatiran saya akan hal ini adalah mereka masih banyak yang belum paham dampak positif dan negatifnya dalam menggunakan teknologi genggaman tersebut.

Saya sebenarnya sudah dari tahun 2017 sudah ikut terlibat dalam kepanitiaan untuk urusan Pelatihan TIK khusus Masyarakat Desa. Pada saat itu saya bertemu seorang Relawan TIK Provinsi Kep. Bangka Belitung, dimana dia diminta sebagai pengisi materi. Acara-acara lainnya dengan tema serupa namun untuk pelajar-pelajar dia sebagai pengisi materinya. Disini yang menarik adalah dia selalu memberikan materi tentang literasi digital yang membuat saya akhirnya mencari tahu tentang itu, yang membuat saya akhirnya memahami bahwa di dalam dunia digital, literasi digitalpun sangat-sangat penting. Ada empat (4) pilar utama di dalamnya yang saya rasa harus dipahami dan diterapkan oleh masyarakat kita dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0 ini. Empat (4) pilar tersebut adalah Kecakapan Digital, Keamanan Digital, Budaya Digital dan Etika Digital. Saya Akhirnya pada tahun 2018 akhirnya juga merangkap menjadi panitia sekaligus narasumber untuk menyampaikan ke audience atau peserta tentang TIK dan pentingnya Literasi Digital.

Ada pengalaman unik sewaktu mengisi narasumber dengan tema acara Bahaya Kecanduan Game Online pada Kalangan Pelajar SMP yang pesertanya seluruhnya pelajar SMP, saat itu saya sedang menyampaikan materinya dan saya lihat peserta siswa SMP yang paling depan tidak fokus untuk menyimak materi yang saya sampaikan, ternyata pas saya lihat dia (siswa SMP tersebut) sedang asik bermain game online, saya tepuk jidat. Kejadian tersebut membuat saya bersemangat bahwa kita tidak boleh membiarkan hal ini terjadi terus, dengan terus meliterasi mereka mungkin akhirnya mereka akan lebih bijak di dalam dunia digital ini.

Pada tahun 2019, RTIK Indonesia mengadakan FESTIK yaitu even akbar tahunan bagi relawan TIK seluruh Indonesia, dan saya beserta teman-teman berkesempatan diundang dan hadir pada acara tersebut yang diselenggarakan di Pangkal Pinang, Kep. Bangka Belitung. Disitulah saya melihat om Erick pertama kali, beliau adalah Ketua Umum Relawan TIK. Dan disitulah saya kagum dan terkesan dengan semangat para Relawan TIK yang bersatu padu dalam meliterasi masyarakat Indonesia dengan memberikan kelas-kelas pelatihan pada rangkaian acara tersebut. Satu kata yang ada dalam benak saya yaitu “KEREN”, ya disini saya akhirnya paham bahwa Relawan TIK diisi oleh orang-orang berkelas, orang-orang hebat, bidang keahlian masing-masing yang sangat bermanfaat untuk masyarakat, dari mulai meliterasi, dari programmer sampai Hacker-pun (namun Hacker yang baik ya) ada. Sejak saat itu saya memutuskan dan akhirnya bergabung sebagai Relawan TIK.

Namun, pandemic Covid-19 melanda. Pelatihan-pelatihan tatap muka yang jadi rutinitas relawan tidak bisa dilakukan. Tetapi, kita tidak berhenti. Ditengah keterbatasan ini semangat literasi digital semakin menjadi-jadi, disinilah kecakapan digital semakin dibutuhkan. Media-media meeting online yang sebenarnya sudah ada sebelum pandemic akhirnya kita harus pandai dalam menggunakannya, dan juga akhirnya mengedukasi masyarakat bahwa ada media yang membuat kita tetap bisa belajar meski tidak ke sekolah dan tetap bisa bekerja meski tidak ke kantor yang istilahnya “belajar dari rumah” dan “bekerja dari rumah”.

Hikmah yang saya dapatkan dari awal pengalaman saya hingga menjadi bagian dari RelawanTIK ini adalah seperti quote mas Menteri Nadim bahwa “Gelar  tidak menjamin kompetensi, kelulusan tidak menjamin kesiapan berkarya, akreditasi tidak menjamin mutu, masuk kelas tidak menjamin belajar”. Ya, dalam dunia digital ini kita tidak ada lagi batasan untuk meliterasi diri sendiri dan juga meliterasi masyarakat seperti Relawan TIK yang tidak pernah berhenti untuk melakukan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia, “Bangga Jadi Relawan TIK”, akhir kata kita semua pasti bisa – sekali lagi kita semua pasti bisa “MAKIN CAKAP DIGITAL”. Terima Kasih

Pos terkait